Soal Sumber Pencemaran Air di Tempurejo Kediri, Pertamina Bikin Uji Hidrokarbon Tandingan seperti ITS

 



Proses pengujian yang panjang terkait air sumur yang tercemar minyak, membuat warga bosan. Apalagi, Senin (25/9) lalu Pertamina mengambil sampel air untuk melakukan uji hidrokarbon “tandingan”. Tes serupa sudah dua kali dilakukan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Mokani, salah satu warga yang sumurnya diduga tercemar minyak mengaku Lelah dan bosan. Sebab, sudah banyak petugas yang datang berkali-kali ke rumahnya untuk mengambil sampel. Namun, hingga kemarin belum ada kejelasan terkait hasil pengujian.

Demikian pula dengan pengambilan sampel air sumur pada Sabtu (9/9) lalu. Yakni, saat sumur berubah warna menjadi kehitaman serta berbau menyengat mirip bensin. “Diambil-ambil terus tapi nggak selesai-selesai,” keluhnya.

Baca juga :Hasil Uji Terbaru Air yang Tercemar di Tempurejo Kota Kediri Banyak Mengandung Kadar Minyak

Yang terakhir, sumur rumah Mokani yang disegel sejak Jumat (15/9), kembali dibuka Senin (25/9) lalu. Tim Pertamina bersama pihak ketiga mengambil sampel air untuk dites lagi. “Kemarin sore (25/9) dari Pertamina mengambil sampel. Jadi sumur yang disegel itu dibuka untuk ambil air, kemudian ditutup lagi,” ujarKetua RT 05/II Kelurahan Tempurejo, Pesantren Abdullah Mubaraq.

Saat sumur milik Mokani atau Sulastri itu dibuka, menurut Abdullah masih mengeluarkan bau menyerupai bensin. Di bagian atas air juga terlihat lapisan minyaknya. Meski, kondisinya tidak kehitaman seperti 9 September silam.

Terkait pengambilan sampel ulang itu, menurut Abdullah Pertamina dan Envilab ingin menguji kandungan minyak di dalamnya. “Katanya serupa uji hidrokarbon. Terus ini tadi katanya pagi jam 08.00 (kemarin, Red) akan ada pressure test di SPBU. Tapi saya tunggu sampai sekarang kok nggak mulai-mulai,” lanjutnya ditemui pukul 14.00 kemarin.

Informasi yang dihimpun koran ini, rombongan peneliti independen dari Envilab dan Pertamina datang ke area sumur yang tercemar sekitar pukul 16.00 Senin lalu. Selain sumur Sulastri, tim juga mengambil sampel air di sumur milik Sugiyono.

Dikonfirmasi terkait pengujian di SPBU, Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufiq Kurniawan mengatakan, saat ini pihaknya masih melangsungkan tes hidrokarbon dan pressure test. Itu dilakukan oleh peneliti pihak ketiga dari laboratorium lingkungan PT Envilab.

“Karena warga menghendaki tesnya menyeluruh. Sehingga harus sabar karena rangkaiannya banyak. Rangkaian ini pun sifatnya hanya menyempurnakan rangkaian tes yang sudah dilakukan sebelumnya,” terang Taufiq.

Ia menyinggung terkait pengujian terhadap sampel air yang sudah dilakukan sejak pertengahan Agustus lalu. Melalui tes itu, menurutnya tidak ditemukan polutan dengan parameter benzene, minyak, dan lemak. Artinya, menurut Pertamina, tidak ada kandungan minyak di dalam sampel air.

Dengan tidak ditemukannya parameter tersebut dalam air, menurutnya itu menggugurkan kewajiban menjalankan pengujian yang lebih kompleks. “Sementara dari pembahasan dengan warga, mereka menghendaki pengujian yang kompleks ini tetap dilakukan,” imbuhnya.

Karena itu pula, tim peneliti kembali mengambil sampel air untuk uji hidrokarbon. Kapan hasil uji keluar? Menurut Taufiq, paling cepat pengujian baru selesai dalam 14 hari. “Kalau warga tanya kok ini lama? Ya, ini konsekuensi atas permintaan mereka. Kita juga disatu sisi sudah berkomitmen. Terbukti sudah menanggung kerugian dari SPBU yang tidak buka beberapa hari ini,” tandasnya.

Seperti diberitakan, sedikitnya ada 14 sumur warga di Kelurahan Tempurejo, Pesantren yang diduga tercemar minyak. Dari hasil uji hidrokarbon terbaru oleh ITS yang sampelnya diambil 9 September lalu, diketahui total petroleum hydrocarbon (TPH) sangat tinggi. Yakni, mencapai 187.360 miligram (mg).

Hasil TPH untuk sampel yang diambil beberapa jam setelahnya menunjukkan angka yang berbeda. Yakni, turun menjadi 90.150 mg. Meski demikian, hasil itu tetap lebih tinggi dibanding hasil pengujian dari sampel yang diambil awal September lalu. Dengan hasil itu, kandungan minyak bumi dan produk turunannya di air sumur warga Tempurejo, Pesantren sangat tinggi.

Sementara itu, Polres Kediri Kota masih melanjutkan penyelidikan kasus pencemaran air sumur warga di Tempurejo. Kasatreskrim Polres Kediri Kota AKP Nova Indra Pratama mengungkapkan, pihaknya sudah menyurati ahli untuk membaca hasil uji yang sudah diterima polisi. “Tapi kalau memang belum (belum bisa membaca hasil uji, Red) ya bagaimana?” ucap Nova dengan nada tanya.

Perwira dengan pangkat tiga balok di pundak itu mengaku masih menunggu hasil uji kedua terhadap sampel air di sumur Mokani atau Sulastri, 58. Yakni, saat tim ITS mengambil sampel pada 9 September lalu.

Post a Comment

berkomentarlah yang sesuai artikel diatas dan jangan berkomentar yang mengandung spam dan pornografi

Previous Post Next Post