Rangkaian pengujian untuk mencari sumber pencemaran air sumur warga Kota Kediri masih terus berlangsung. Meski demikian, hasil pengujian total petroleum hydrocarbon (TPH) terbaru membuat indikasi sumber cemaran yang berasal dari SPBU Pertamina semakin menguat. Ini setelah hasil uji terhadap air sumur berwarna kehitaman menunjukkan kadar minyak hingga ratusan ribu miligram.
Data yang dihimpun koran ini menyebutkan, hasil pengujian dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, kadar TPH di sumur milik Sulastri yang sampelnya diambil pada Sabtu (9/9) lalu mencapai 187.360 mg. Angka itu sempat turun saat tim kembali mengambil sampel beberapa jam kemudian. Yakni, menjadi 90.150 mg. “Bayangkan saja kalau air ini dimasak bagaimana?” kata sumber koran ini dengan nada tanya.
Hasil pengujian itu mengindikasikan kadar minyak dan produk turunannya di dalam air sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan negara lain, baku mutu air tanah dengan parameter TPH hanya berkisar 0,6 sampai 7 mg. Di antaranya, Nigeria dengan ambang batas 0,6 mg. Kemudian, 0,2 mg di Amerika Serikat. Dan Australia dengan nilai maksimal 1-7 mg.
Dibanding pengujian pertama yang sampelnya diambil 2 September lalu, kadar TPH di air juga melonjak tinggi. Saat itu, di sumur milik Semi sebesar
16,50 mg. Hasil tersebut paling tinggi dibanding 13 sampel air sumur lainnya. Kadar TPH tinggi juga ditemukan di sumur milik Sutiyah dengan 14,5 mg. Kemudian sumur bor DLHKP dengan 14,5 mg, serta sumur Sugiyono dan Kasmini masing-masing 7 mg.
Dikonfirmasi terkait hasil uji TPH dari sampel air yang terbaru, Wali Kota Abdullah Abu Bakar yang ditemui di gudang Bulog Kediri kemarin enggan berkomentar lebar. Dia hanya menyebut, hingga kemarin peneliti ITS masih terus melanjutkan pekerjaannya. Yakni, mengolah sejumlah data yang sebelumnya sudah diambil dari lokasi pencemaran dan sekitarnya. “Sekarang masih menganalisa aliran airnya,” ujarnya.
Meski demikian, abu sapaan akrabnya menegaskan pemkot akan berpihak pada kepentingan warga terdampak. Termasuk memastikan warga bisa mendapatkan kembali air bersih mereka. Jika seluruh rangkaian penelitian sudah selesai, menurut Abu bisa disimpulkan sumber pencemarannya.
Selebihnya, wali kota dua periode itu meminta polisi terus aktif mengusut dugaan pencemaran tersebut. “Silakan Pertamina melakukan penelitian. Tapi kita akan bantu rakyat supaya masyarakat di sana bisa dapat air bersih kembali. Dan saya harap kepolisian juga terus masuk karena ini kan pencemaran,” tegasnya.
Seperti diberitakan, sedikitnya ada 14 KK warga yang terdampak pencemaran air di Kelurahan Tempurejo, Pesantren. Sumur mereka mengeluarkan bau mirip minyak. Pada 9 September lalu, air sumur Sulastri, salah satu warga justru menunjukkan lapisan kehitaman mirip minyak. Saat polutan disulut, langsung terbakar.
Sampel air tersebut lantas diuji dan hasilnya kadar TPH mencapai ratusan ribu miligram. Selain melakukan uji hidrokarbon untuk mengetahui kadar TPH, tim ITS juga melakukan serangkaian pengujian lainnya. Yakni, uji geolistrik hingga mengukur muka dan kedalaman air tanah. Dua uji terakhir berfungsi untuk memetakan potensi arah dan sumber pencemaran.
Sementara itu, hingga kemarin SPBU Pertamina masih melanjutkan proses pengujian dugaan kebocoran tangki pendam. Metodenya, dengan mengosongkan tangki pendam serta menyegel sumur milik Sulastri yang secara visual memunculkan polutan diduga minyak pada 9 September lalu.
Sejak pengosongan tangki BBM di SPBU dilakukan, warga menyebut pencemaran sumur mereka kian berkurang. Itu dinilai dari bau menyengat yang kian samar. “Semua warga bilang begitu (baunya berkurang). Bahkan ada yang sudah hampir gak berbau sama sekali. Tapi kalau yang dulu parah seperti sumur Semi masih berbau, cuma tidak separah dulu,” terang Ketua RT 05/II Kelurahan Tempurejo Abdullah Mubaraq.
Terpisah, Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufiq Kurniawan menyebut pihaknya tetap mengacu pada penelitian awal dengan parameter benzene, minyak, dan lemak. Hasilnya, tidak menunjukkan ada cemaran minyak di sampel air sumur warga.
Meski demikian, sesuai permintaan warga, Pertamina tetap melakukan pengujian selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya. “Itu menunjukkan komitmen kami (Pertamina),” kata Taufiq menyinggung penutupan SPBU Pertamina selama beberapa hari yang menimbulkan kerugian.